Sebagai kota terbesar kedua di provinsi Sumatera Barat, Bukittinggi memang memiliki pesona yang tak bisa dihindarkan. Anda bisa menemukan gugusan lembah yang indah yakni Ngarai Sianok, terowongan sejarah Lobang Jepang dan tentunya menara yang ikonik, Jam Gadang. Tak heran kalau banyak sekali wisatawan berkunjung ke Bukittinggi. Namun jika anda ingin melihat fauna, maka Kebun Binatang Bukittinggi adalah pilihan paling tepat.
Memiliki nama asli Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan, Kebun Binatang Bukittinggi terletak di atas bukit Cubadak Bungkuak. Dianggap sebagai salah satu lokasi wisata berisikan aneka hewan tertua di Indonesia, koleksi fauna di sini justru sangat banyak dan dianggap terlengkap di Sumatera. Saat berkunjung ke sini, anda akan disuguhi pemandangan bukit dengan bentangan alam luar biasa mulai dari gunung Singgalang, Sago, Marapi dan tentunya Ngarai Sianok.
Lantaran lokasinya di pusat kota, jarak yang tak jauh dari Jam Gadang membuat Kebun Binatang Bukittinggi sangat mudah diakses. Dengan Harga Tiket Masuk sangat murah yakni termahal 10 ribu rupiah untuk orang dewasa, kualitas hewan koleksi sangatlah terawat dan terjaga. Anda bisa menemukan harimau, gajah, zebra, rusa, kijang, berbagai jenis ular dan burung, buaya dan monyet. Yang istimewa lagi, Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan ini memiliki museum zoologi sebagai tempak koleksi binatang langka yang sudah punah dan istana aquarium sebagai tempat koleksi ikan hias dalam dan luar negeri.
Sejarah Kebun Binatang Bukittinggi Sejak Zaman Belanda
Disebut sebagai salah satu Kebun Binatang tertua di Indonesia, lokasi ini rupanya sudah dimulai pendiriannya sekitar tahun 1900-an atas ide seorang Controleur pemerintah Hindia Belanda yang bertugas di Fort de Kock, bernama Gravenzanden. Gravenzanden sangat terkesan dengan keindahan panorama bukit Malambuang (kini Cubadak Bungkuak) yang ada tepat di seberang bukit Jirek, lokasi Benteng Fort de Kock berada. Sehingga di awal berdirinya, memang bertujuan sebagai taman bunga.
Hingga akhirnya pada tahun 1929, mulai dikembangkan sebagai Kebun Binatang Bukittinggi atau punya nama Belanda sebagai Fort de Kocksche Dieren Park. Demi menambah koleksi, pihak pengelola bertukarhewan dengan Soerabaiasche Planten-en Dierentuin (Kebun Binatang Surabaya) sehingga mereka mendapat spesies fauna Indonesia Timur pada tahun 1933 silam.
Ketika masa kependudukan Jepang menjajah Indonesia, tentara Dai Nippon rupanya tak mempedulikan Kebun Binatang Bukittinggi ini. Sehingga sebagian besar hewan tidak terawat baik dan mati karena terlantar. Bahkan beberapa fasilitas yang ada sempat dialihfungsikan untuk memenuhi kebutuhan militer tentara Jepang kala itu. Semenjak Indonesia merdeka, lokasi ini sempat berubah menjadi Taman Puti Bungsu dan akhirnya sejak tahun 1995 resmi disebut sebagai Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan.
Jika anda berkunjung ke Kebun Binatang Bukittinggi, jangan lupa juga melihat keindahan Rumah Adat Baanjuang (Rumah Gadang) bergonjong Gajah Maharam. Memiliki sembilan ruangan dengan anjungan di bagian kanan dan kiri, bangunan ini dibangun pada tahun 1935 lalu. Anda bisa menikmati dan mempelajari kebudayaan tradisional masyarakat Minangkabau di rumah adat ini. Di dalam Rumah Adat Baanjuang yang beratap gonjong Gajah Maharam ini dipajang beraneka koleksi peninggalan budaya dan sejarah. Ada perhiasan dan alat kesenian khas Minang yang memukau. Adanya Jembatan Limpapeh yang menghubungkan tempat ini dengan Benteng Fort de Kock memang mampu menggenjot jumlah wisatawan yang datang ke kedua lokasi favorit turis itu.
**(Images from wisatasumbar.net)